KONVENSIONAL ENDGAME



Banyak orang mungkin tertarik atau malah kebingungan dengan judul pada artikel ini “KONVENSIONAL ENDGAME” apa yang akan dibahas disini permainan konvensional/cara lama apa yang akan berakhir. Baiklah saya akan membahas tentang sebuah peperangan yang terjadi pada perbankan belakangan ini. Dulu perkembangan di dunia perbankan itu sederhana dimana masing-masing bank punya market, produknya sendiri-sendiri. Namun tentu saja masing-masing bank itu ingin berkembang, akhirnya mereka mulai menggarap customer diluar pasar utamanya yang artinya mengambil customer dari pasar lain yang saat itu digarap oleh bank lain, mereka menawarkan produk yang mirip-mirip, penawaran produk pun dilakukan sedikit lebih dengan harapan dapat merayu sang nasabah sehingga dapat memindahkan uangnya dan semua transaksi keuangannya ke bank tersebut. Persaingan antar bank terjadi sehingga makin lama semua bank mulai menggarap semua pasar dan akhirnya produk bank yang satu dengan yang lainnya juga akhirnya mirip tapi tak sama atau dengan kata lain sebelas dua belas. Persaingan pun mengarah pada perang harga, bunga pinjaman rendah, bunga tabungan tinggi dan seterusnya. Nah dari sinilah cikal bakal masuknya teknologi digital diakibatkan margin keuntungan yang semakin menipis maka bank harus jadi sangat efisien dan teknologi menjadi solusi.

Sejak dahulu sebenarnya bank itu selalu jadi yang TERDEPAN jika terkait dengan erupsi teknologi namun saat itu terakselerasi atau terjadi percepatan. Teknologi bukan hanya membantu bank untuk menjadi lebih efisien dalam menjalankan operasinya namun juga membantu meningkatkan tingkat keamanan dan juga kecepatan dari layanannya, itu adalah keunggulan kompetitif baru yang jadi andalan bank dalam bersaing lalu kemudian semua bank mulai mengadopsi teknologi yang sama yakni sama-sama efisien, sama-sama aman dan sama-sama cepat atau istilahnya sebelas dua belas seperti yang sudah dikemukakan tadi.

Titik persaingan kemudian bergeser ke area pelayanan nasabah, bank mulai fokus kepada kepuasan pelanggan bukan hanya pada efisiensi internal saja, budaya pelayananpun dibangun, kantor cabang diperindah, disetiap media promosi bank berlomba-lomba MENINGKATKAN WAJAH NONA-NONA CANTIK yang senyumnya begitu mempesona dan begitulah wajah persaingan di dunia perbankan untuk waktu yang cukup lama. Hingga kemudian hadirnya teknologi dan internet sebagai penggerak, melahirkan PIRANHA bagi pelaku industri perbankan, Piranha yang saya dimaksudkan adalah FINTECH atau yang kita kenal Financial Tekhnology. Fintech merupakan perusahaan teknologi berbasis aplikasi yang menyediakan teknologi finansial. Awal mula fintech terjadi pada tahun 1866 dengan istilah fintech 1.0, tahun 1967 fintech 2.0, dan setelah tahun 2008 fintech 3.0. diawal dekade 2000an dimana munculnya ponsel pintar dan penggunaan mobile banking, PAYPAL hadir sebagai layanan pembayaran online yang didirikan tahun 1999 sebagai FINTECH pertama yang benar-benar sukses secara global.

Dalam satu dekade terakhir ratusan startup dibidang teknologi finansial pun bermunculan. Saat ini fintech yang beroperasi diindonesia terdiri dari dua macam, yang pertama fintech payment/pembayaran. Fintech jenis ini berada dibawah pengawasan bank indonesia, yang kedua fintech pembiayaan (P2P) adalah fintech yang diatur dan diawasi OJK. Fintech pembiayaan mengambil dana dari masyarakat sebagai investor bukan sebagai tabungan walaupun ukurannya kecil namun jumlah fintech yang semakin banyak ini mulai mengganggu bank, dengan kemudahan dan kenyamanan yang mereka tawarkan kepada nasabah, mulai menggerogoti produk-produk andalan bank. Tentu saja bank tidak tinggal diam. Sebagian bank memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan FINTECH sebagian lagi bahkan membuat FINTECHnya sendiri. Sisi positif dari hadirnya fintech ini adalah munculnya kesadaran bank untuk lebih serius menggarap layanan mobile banking bagi para nasabahnya.

Fintech telah mendongkrak ekspektasi nasabah pada kemudahan dan kenyamanan layanan keuangan, maka bank tidak punya pilihan selain setidaknya menyamakan penawaran nilai yang diberikan oleh FINTECH. Secara umum batasan dan regulasi yang ditetapkan oleh BI dan OJK pada fintech itu membuat bank menjadi tidak terlalu khawatir bahwa bisnisnya akan gulung tikar dalam waktu dekat gara-gara seperti ilustrasi gambar diatas, BANK masih bisa menarik nafas panjang. Hingga kemudian para raksasa teknologi seperti Amazon, Apple, Google dan Facebook masuk. Amazon dalam rangka mendongkrak transaksi didalam ekosistemnya meluncurkan amazon prime reward visa card ditahun 2017 untuk para membernya, amazon juga memiliki payment service juga layanan pinjaman untuk para merchant dalam eskosistemnya bahkan amazon juga akan bekerjasama dengan beberapa lembaga finansial untuk mengeluarkan rekening giro. Tak mau kalah Apple bekerjasama dengan Goldmen Sachs dan mastercard untuk merilis apple card dibulan agustus 2019, apple card adalah layanan kartu kredit dengan segudang fitur yang sulit disaingi oleh bank yakni bebas biaya apapun, cash back harian 2% dari setiap transaksi dan masih banyak lagi. Berselang tiga bulan di november 2019 Facebook meluncurkan facebook pay sebuah layanan pembayaran online dimana pengguna dapat mentransfer uang melalui seluruh aplikasi milik facebook termasuk instagram, kemudian diikuti oleh Google bekerjasama dengan 11 bank diantaranya CITI dan BBVA lalu kemudian google merilis google Plexbank Acount untuk melengkapi Google Payment miliknya. Google Plex ini membuat pengelolaan keuangan pribadi maupun bisnis menjadi lebih mudah, dan aman. Persis seperti produk-produk google lainnya.

Hadirnya raksasa teknologi diarea permainan perbankan ini jelas tidak bisa dipandang enteng,  fintech-fintech sebelumnya merupakan golongan kecil, memang banyak tetapi tetap dalam kategori kecil. Amazon, apple, google dan facebook mereka adalah raksasa yang dikenal doyan makan perusahaan disetiap industri yang dimasukinya, mereka punya basis pelanggan yang sangat besar dan loyal, apalagi produk mereka sudah jadi bagian dan kebiasaan hidup masyarakat, semua interaksi dan transaksi kita terjadi di platform mereka. Maka apalagi yang akan menghambat pengguna mereka untuk menggunakan layanan keuangan di platform mereka, jika itu lebih nyaman dan mudah. Kebanyakan orang saat ini cenderung memilih platform yang dapat menawarkan pinjaman serta membantu mereka mengelola keuangan. Disisi lain sebagian besar kita mungkin mengatakan tenang masih lama dinegeri asalnya para rakasasa teknologi ini saja belum tenar-tenar juga, apalagi untuk indonesia. Masih lama…! Lagi pula mereka juga masih harus kerjasama dengan bank untuk menawarkan produk-produk perbankan. Memang benar, tapi urusan lama atau tidak itukan relatif mereka tetap akan masuk kesini dan tentang kebijakan kerjasama dengan perbankan apakah “yakin tidak akan berubah” intinya ketika semua yang tadi kita khawatirkan itu benar-benar terjadi seberapa siap kita ?

Berbicara tentang kesiapan teknologi industri perbankan, ada sebuah bank yang mungkin tidak diperhitungkan telah memulai sebuah revolusi perbankan di negeri indonesia yang kita cintai ini, revolusi yang kita kenal dengan digital banking adalah bank adalah BTPN (Bank Tabungan Pensiun Nasional) dengan meluncurkan aplikasi yang diberinama JENIUS pada agustus 2016 yang dapat membantu masyarakat dalam mengelola keuangan secara lebih mudah, cerdas dan aman hanya dengan menggunakan handphone mereka. Berbeda seperti fintech, aplikasi jenius ini menawarkan layanan keuangan seperti yang bank biasa berikan dan tentu saja mempunyai kelebihan berbeda dengan mobile banking yang hanya sekedar menjadi antarmuka digital dari layanan bank tradisional.  Si jenius hadir layaknya sebuah bank yang berdiri sendiri cuman bedanya bentuknya digital. Inisiatif dari BTPN itu diikuti oleh bank bukopin yang meluncurkan Wokee dua tahun kemudian, ditahun yang sama 2018 Digibank dari Dbs bank meluncur, kemudian ditahun 2020 bank UOB meluncurkan TMRW. Nah jadi semua brand yang barusan saya sampaikan ini merupakan bank digital yang diciptakan oleh bank tradisional yang sudah mapan untuk melayani kebutuhan perbankan kaum milenial yang sudah terbiasa dengan kemudahan dan kenyamanan transaksi di gadged mereka. Sekaligus sebagai jembatan untuk menghalau gempuran-gempuran dari FINTECH dan perusahaan teknologi besar. 

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 By winnerjavier.com | Design By Finansial Tekhnologi Artikel